05.06
1
Salah satu kegiatan yang harus dijalani oleh kelas akhir sebelum kelulusan adalah praktek mengajar atau yang biasa disebut dengan Amaliah Tadris. Dalam kegiatan ini seluruh santriwati kelas akhir harus melakukan praktek mengajar di kelas 1 atau 2 SMP masing-masing sebanyak satu kali. Tujuan dari kegiatan ini bukanlah untuk mencetak guru, melainkan untuk memberi keterampilan dalam hal ini keterampilan mengajar. Kelak keterampilan ini akan sangat berguna setelah mereka meninggalkan pesantren, di mana setiap alumni akan berhadapan langsung dengan manyarakat.

Sebelum kegiatan ini dilakukan, tentu saja para santriwati ini telah memperoleh pelajaran tentang pendidikan di kelas. Selain itu mereka juga mendapat bimbingan khusus sebelum pelaksanaan Amaliah Tadris ini. Santriwati dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 8-9 orang dengan 1 orang pembimbing. Tahun ini mereka terbagi menjadi 8 kelompok. Ada beberapa pelajaran yang termasuk dalam Amaliah Tadris. Panitia membagikan mata pelajaran kepada santriwati yang dirasa cocok. Kemudian santriwati yang bersangkutan akan mendatangi guru mata pelajaran sebenarnya untuk memperoleh materi apa yang akan diajarkan. 

Mata pelajaran yang termasuk dalam Amaliah Tadris adalah Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Imla, Fiqh, Nahwu, Mutholaah, Mahfudzat, dan Hadits. Kelas yang diajar adalah kelas 1 SMP, 2 SMP, dan 1 Intensif. Sedangkan para pembimbing tahun ini adalah Ust. Nasrullah Ghazali, Ust. Muhaidin, Ust. Adi Anshari, Ust. Anshari, Ust. Dainuri, Usth. Hasnawati, Usth. Eni Zulaikha, dan Usth. Ririn.
Amaliah Tadris Krlas Akhir

Pada hari Sabtu 4 Mei 2013 adalah pembukaan Amaliah Tadris. Seorang santriwati dengan disaksikan teman-teman sekelasnya dan para pembimbing harus melaksanakan praktek mengajar. Yang mendapat kesempatan pertama kali ini adalah Wiwit Safitri dengan mata pelajaran Muthalaah di kelas 2 SMP. Setelah itu semua teman-temannya dan para pembimbing akan melakukan nakad. 

Nakad maksudnya adalah mencatat dan mengungkapkan kesalahan apa saja yang dilakukannya sewaktu mengajar. Kesalahan tidak harus dari perbuatan sang guru. Kesalahan yang dilakukan siswa seperti ada yang tidur di kelas juga dapat dinakad. Artinya guru tidak memperhatikan dengan baik terhadap muridnya. Tujuan nakad bukanlah untuk menjatuhkan kawan, melainkan sebagai perbaikan.

Pada hari berikutnya, kegiatan Amaliah Tadris masih berlangsung. Hanya saja kali ini terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah dibagikan sebelumnya. Setidaknya tidak setegang santriwati yang praktek pada hari pertama. Proses yang dilaksanakan pada dasarnya sama. 

Semoga dengan berlangsungnya Amaliah Tadris didapatkan para lulusan yang bisa menyampaikan ilmu yang diperolehnya dan berguna bagi masyarakat.